Monday, September 7, 2009

Mematahkan Stereotip Lewat Busana Muslim


Republika Online: Bagaimanakah jutaan umat Islam yang hidup di negara-negara Barat bisa mendapatkan pakaian yang mencerminkan seorang Muslim? Dulu, mencari busana yang layak dikenakan seorang Muslim di Barat, ibarat mencari jarum di tumpukan jerami. Sebagian besar umat Islam pun mengeluh lantaran susah menemukan pakaian yang pantas untuk dikenakan.


Kini, dunia fesyen Barat mulai melirik umat Muslim, pangsa pasar yang menggiurkan. Berbagai macam festival fesyen bergaya Muslim diadakan di Barat. Desainer busana Muslim pun bermunculan. Tetapi, apakah perkembangan fesyen Muslim merupakan sesuatu yang positif?

Melih Kesmen, seorang desainer Muslim keturunan Turki yang tinggal di Jerman, menilai busana Muslim yang diciptakannya bertujuan untuk mematahkan dan melawan stereotip Barat terhadap Islam. Kesmen terdorong untuk menciptakan produk busana Muslim setelah terjadinya Peristiwa 11 September 2001.

Pascaperistiwa itu, Islam disudutkan dan dituding sebagai teroris. Tak lama setelah itu, berlindung di balik kebebasan berekspresi, media Barat pun mulai menistakan Nabi Muhammad SAW lewat kartun. Ia pun tergerak untuk melawan stereotip itu lewat produk bermerek StyleIslam.


Selanjutnya bisa dibaca di sini


Wassalam,


Manet Busana Muslim


Saturday, September 5, 2009

Turun, Penjualan Busana Muslim di Tanah Abang


JAKARTA, KOMPAS.com - Dibandingkan dengan bulan Ramadhan tahun lalu, penjualan busana muslim di pusat grosir garmen dan tekstil Pasar Tanah Abang menurun drastis. Angka penjualan diperkirakan menurun 30 persen dibandingkan tahun lalu.


Dinda (43), pedagang busana muslim wanita di Pasar Blok A Tanah Abang, mengakui omzet penjualannya pada awal Ramadhan tahun ini menurun drastis. "Kalau tahun lalu, sejak seminggu sebelum masuk puasa sudah mulai rame. Tahun ini, hampir dua minggu puasa penjualan enggak jauh beda dengan hari biasa," ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (30/8).


Dinda mengatakan, permintaan terhadap busana muslim terutama untuk wanita turun jauh hingga mencapai 30 persen. Jika tahun lalu ia bisa mencapai omzet tertinggi hingga Rp 6 juta per hari, pada Ramadhan kali ini paling tinggi hanya Rp 3 hingga Rp 4 juta per hari. "Itu juga sudah dikurangi dengan biaya operasional yang terus meningkat," tambahnya.


Padahal, menurut wanita yang sudah berjualan di Tanah Abang sejak tahun 2007 ini, untuk Ramadhan kali ini harga dari produsen tidak dinaikkan. Ia mengakui tidak berani menaikkan harga karena ketatnya persaingan antar-pedagang busana muslim di Tanah Abang.


Selanjutnya baca di sini


Teladan Berbisnis dari Rasulullah


Kondisi perekonomian dunia yang dipanglimai oleh Amerika Serikat dan negara-negara barat katanya sedang terpuruk. Saya adalah pengguna aktif Twitter, sebuah situs social networking, yang setiap saat selalu mendapatkan berita terkini dari beberapa situs berita yang saya ikuti seperti New York Times, CNN atau BBC. Beritanya seram-seram. PHK di mana-mana, keluarga-keluarga di Amerika mulai mengetatkan ikat pinggang.


Saya pun berpikir, kenapa ekonomi negara adi daya itu bisa terpuruk? Bukankah hampir semua praktisi handal dan pemikir tulen di bidang bisnis dan keuangan bercokol di sana. Buku-buku bisnis terbaik dan terlaris selalu berasal dari sana. Bukankah sebagian besar perusahaan Fortune 500 berasal dari sana? Apa yang terjadi?


Selidik punya selidik, ternyata masalahnya bukanlah karena mereka kurang ilmu atau sarana pendukung bisnis yang canggih. Mereka punya semua alat itu. Mereka semua punya senjata untuk memenangkan persaingan bisnis. Masalahnya bukanlah soal senjatanya, melainkan siapa dan bagaimana menggunakan senjata itu. Man behind the gun.


Inilah yang kurang disentuh oleh para praktisi dan pemikir bisnis di sana. Ketika kapitalisme di-leverage sedemikian rupa sehingga kita tidak tahu lagi bagaimana proses barang bisa menjadi uang dan uang itu pun telah bermutasi menjadi bentuk-bentuk yang kita sendiri tidak mengerti dari mana asalnya. Di situlah, peran nurani manusia sebagai pengendali terpinggirkan. Keserakahan tanpa batas seperti dicontohkan oleh Bernie Madoff dan kawan-kawannya, telah mengantarkan kapitalisme yang dibanggakan selama ini ke jurang terdalam.


Perusahaan-perusahaan besar itu jatuh bukan karena kalah oleh penguasaan ilmu manajemen dan teknologi. Mereka jatuh terpuruk karena keserakahan dan cacat karakter yang dilakukan oleh para pemimpin dan pengelola perusahaan-perusahaan itu.


Belakangan, banyak buku bisnis mencoba mengangkat kualitas-kualitas terbaik dari organisasi-organisasi bisnis terbaik. Ternyata mereka menemukan bahwa peran nilai, budaya dan karakter yang dibangun di organisasi itulah sebagai ujung tombak kesuksesan mereka. Zappos.com, sebuah toko sepatu online yang berusia 10 tahun, mencengangkan dunia bisnis online karena diakuisisi oleh Amazon.com senilai hampir 1 miliar dollar. Kenapa Amazon kepincut dengan Zappos? Bukankah Amazon secara teknologi dan kemampuan lebih kuat dibandingkan Zappos? Amazon tertarik dengan Zappos karena budaya pelayanan dan karakter yang dibangun oleh Zappos yang dikomandani oleh Tony Hsieh yang inspiratif itu.


Karakter, inilah nilai-nilai yang dibangun dan dicontohkan oleh Rasulullah sejak berabad-abad lalu. Sebagai muslim, kita sering terpukau dengan ilmu-ilmu dari barat yang jika ditelurusi ternyata sudah dipraktekkan oleh Rasul namun kurang kita pahami dengan baik.


Apa saja nilai warisan dari Rasul yang bisa kita tiru sebagai pengikutnya? Sebagaimana kita ketahui, Rasullullah Muhammad SAW. adalah seorang pebisnis sukses. Beliau menjalani hidup sebagai pebisnis selama 25 tahun, mulai dari ussia 15 sampai 40 tahun. Sementara masa kerasulan beliau hanya 23 tahun.

Beliau menjadikan bekerja sebagai ladang menjemput surga. Kejujuran (As Siddiqh) dan kepercayaan (Al Amin) menjadi prinsip utamanya dalam berbisnis. Beliau juga seorang yang cerdas (Fathonah) dengan memiliki pikiran visioner, kreatif, dan inovatif. Rasulullah juga pintar dalam mempromosikan diri dan bisnisnya (Tabligh). Istilah sekarang adalah pemasaran atau marketing.


Keempat kualitas pribadi ini menyatu dalam diri beliau menjadi karakter yang kuat dan melekatlah personal branding "Al Amin" yang kemudian menjadi semacam "jaminan mutu" terhadap siapa saja yang ingin berbisnis dan bertransakti dengan beliau. Maka, terbukalah kesempatan baginya untuk berbisnis tanpa modal alias dengan menjalankan modal orang lain.



Rasululah menjalankan kerja sama dengan sistem upah maupun bagi hasil (mudharabah) dengan Siti Khadijah, seorang pengusaha wanita yang kaya. Kadang-kadang dalam kontraknya Muhammad sebagai pengelola (mudharib) dan Khadijah sebagai sleeping partner(shahibul maal) dan sama-sama berbagi atas keuntungan maupun kerugian. Terkadang pula Muhammad menjadi pebisnis yang digaji/medapatkan upah untuk mengelola barang dagangan Khadijah. Diantaranya Khadijah pernah mempercayakan kepadanya modal untuk bertolak ke Syiria.


Dalam sebuah pengajian, KH Abdullah Gymnastiar pernah berkisah bahwa kejujuran adalah sesuatu barang langka di dunia bisnis saat ini. Maka, ketika muncul seorang pebisnis dengan citra kejujuran di dalam dirinya, niscaya ia akan menjadi "wealth attractor". Para mitra akan senang berbisnis dengannya, supplier akan mendahulukan pesanannya, pelanggan pasti tidak tertipu dengan janji-janji yang diberikannya, karyawan pun tentu akan lebih loyal kepadanya.


Seorang kerabat saya beberapa bulan lalu kehilangan 3 buah ruko berikut isinya hangus terbakar api. Miliaran rupiah jerih payahnya selama bertahun-tahun hancur dalam sekejap. Secara hitungan bisnis, ia sudah tamat. Sulit untuk bangkit lagi. Tapi kenyataan berbicara lain. Dalam waktu tidak lama bisnisnya bangkit lagi dan bahkan melebihi besaran bisnis sebelum terbakar. Kenapa? Karena mitra suppliernya mendukungnya dengan sepenuh hati agar bisnisnya bangkit kembali. Mereka memberikan barang dagangan tanpa perlu pembayaran dan jaminan apa pun. Reputasinya yang baik dan kejujurannya telah menyelamatkannya dan membangkitkan bisnisnya kembali. Itulah contoh dari teladan Rasulullah yang telah dibuktikan keberhasilannya.



Selain jujur, Rasulullah juga seorang pebisnis yang smart. Kecerdasan beliau berbisnis juga sangat diakui. Beliau pernah menjual barang dagangan dan meraih keuntungan dua kali lipat dibanding pebisnis-pebisnis yang lain. Ketika Khadijah mendapatinya dengan keuntungan yang sangat besar yang belum pernah diraih siapapun sebelumnya maka Khadijah memberikan keuntungan yang lebih besar daripada yang telah mereka berdua sepakati sebelumnya.

Dari uraian di atas tergambar bahwa Rasulullah adalah seorang pelaku bisnis yang sangat sukses di jamannya. Ada dua prinsip utama yang patut diteladani oleh kita sebagai ummatnya dalam berbisnis. Pertama, uang ternyata bukanlah modal utama dalam berbisnis. Bisnis bisa dilakukan tanpa modal uang sama sekali. Personal branding beliau yang dikenal sebagai "Al Amin" atau dapat dipercaya adalah pengungkit utama kesuksesan bisnisnya.


Kedua, kecerdasan berbisnis atau kompetensi sangat diperlukan dalam mengembangkan bisnis. Modal uang tanpa kecerdasan bisnis tidak ada artinya. Seluk beluk aktivitas bisnis harus dikuasai dengan baik.Rasulullah mengetahui seluk beluk berbisnis sejak dini ketika magang bersama pamannya. Beliau mengetahui di mana pasar yang membutuhkan produknya dan di mana sumber-sumber produk tersebut untuk dijual.


Beliau mengetahui bahwa untuk menjalankan bisnis yang sukses dan berkelanjutan harus ditempuh dengan cara-cara yang baik pula. Teladan ini semakin selaras dengan temuan-temuan mutakhir teori ekonomi dan bisnis modern. Teori-teori itu semakin mendekatkan kepada ajaran-ajaran mulia dari Rasulullah SAW.


Thursday, September 3, 2009

Jelang Lebaran, Permintaan Busana Muslim Melonjak


Okezone: LEBARAN kerap diwarnai dengan barang yang serbabaru. Tidak heran kalau sejak sekarang masyarakat sudah mulai memburu pakaian serbabaru itu. Salah satu tempat buruan masyarakat adalah pusat grosir. Tidak heran kalau penjualan pakaian di pusat grosir menjelang hari raya Idul Fitri (Lebaran) cenderung mengalami peningkatan.


Kenaikan permintaan pakaian itu meningkat selain karena kondisi ekonomi yang mulai membaik juga karena ada kecenderungan masyarakat memaksa membeli pakaian baru menjelang Lebaran. Tak pelak, momen menjelang Lebaran ini dijadikan pedagang untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya.


Bahkan, pengunjung di pusat grosir tidak hanya membeli kebutuhan Lebaran, tapi juga untuk dijual kembali. Pasalnya, sejumlah pusat grosir selain melayani pembeli eceran juga melayani pembeli grosiran. Pada saat seperti ini, biasanya pembeli sudah berjubel memenuhi gang-gang pasar.


Kebanyakan pembeli menyerbu pakaian muslim yang akan dipergunakan pada hari raya Idul Fitri. Karena sebagian besar konsumen di pusat grosir adalah masyarakat kelas menengah, maka jenis pakaian yang banyak diburu para pembeli yakni baju muslim dan sarung. Baik baju muslim maupun sarung dijualnya Rp50 hingga Rp200 ribu.


Masyarakat membeli busana muslim-muslimah dimaksudkan untuk menyambut Ramadan, semisal membeli baju koko untuk persiapan mengikuti tarawih di masjid yang ada di kampungnya karena baju koko yang lama sudah lusuh. Atau dijual kembali di daerahnya masing-masing.


Selengkapnya silakan dibaca di sini