Tuesday, July 14, 2009

Mengintip Koleksi Terbaru Manet Busana Muslim Festive Collection 2009




Inilah beberapa di antara lebih dari 50 koleksi terbaru Manet Busana Muslim edisi khusus menyambut Ramadhan dan Idul Fitri. Bagaimana pendapat anda?

Insya Allah dalam waktu tidak lama lagi koleksi ini sudah bisa anda dapatkan. Tunggu informasi selanjutnya dari kami.

Wassalamu'alaikum WW,
Manet Busana Muslim

Monday, July 13, 2009

Segera Hadir, Katalog Edisi Terbaru Menyambut Ramadhan dan Idul Fitri

Insya Allah dalam beberapa hari lagi akan terbit katalog edisi khusus Manet Busana Muslim dalam rangka menyambut Ramadhan dan Idul Fitri.

Ini adalah edisi istimewa karena alasan tersebut di atas. Di samping itu tentu ada yang berbeda dari edisi sebelumnya.

Apa saja?

Tentu dari jumlah artikelnya pun akan jauh lebih banyak dibandingkan koleksi sebelumnya. Kurang lebih 50 model terbaru akan kami tampilkan, mencakup setelan, blus (rajut, woven, kaos), gamis, baju koko dan perlengkapan shalat (mukena).

Bagaimana dengan model atau disainnya?

Ya, dalam rangka menyambut bulan suci dan perayaan Idul Fitri nanti, Manet Busana Muslim menampilkan koleksi-koleksi yang dirancang secara khusus untuk menyambut hari-hari istimewa bagi umat muslim, khususnya para pemakai produk Manet, yaitu keluarga muda muslim Indonesia. Gambar ilustrasi adalah salah satu contohnya.

So, tunggu saja kabar selanjutnya dari kami. Insya Allah untuk edisi ini Manet akan tampil lebih prima untuk melayani ada semua.

Wassalamu'alaikum WW.

Manet Busana Muslim

Sunday, July 5, 2009

Menilik Pasar Busana Muslim Indonesia

Sebagai target pasar, Indonesia sudah tentu memiliki potensi besar, mengingat jumlah penduduk yang lebih dari 230 juta jiwa dengan tingkat pendapatan rata-rata sepanjang tahun sebesar USD2.271 atau setara Rp21,7 juta. Maka wajar jika banyak peritel dan pelaku mode yang menyasar pasar Indonesia.

Bagi dunia marketing, angka tersebut tentu fantastis karena pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur pasar. Secara teoretis, jika pendapatan naik, berarti daya beli masyarakat juga meningkat. Teori itu juga berlaku untuk industri mode. Pelaku fashion tentu tidak ketinggalan merayakan kesempatan untuk meningkatkan penjualan mereka. Tapi celah ini tidak hanya dimanfaatkan oleh pelaku mode lokal, melainkan juga peritel dan desainer asing, termasuk di antaranya Malaysia.

Memang, bila dibanding dengan peritel Eropa yang membidik target konsumen menengah ke atas melalui ragam busana kontemporer, peritel dan desainer Malaysia hanya memiliki sedikit "potongan kue". Namun "potongan kue" tersebut justru merupakan celah pasar yang sedang berkembang. Menurut Ketua Umum Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Taruna K Kusmayadi, bisnis busana muslim di Indonesia memang semakin menjanjikan. Karenanya wajar bila banyak yang tergiur untuk menggaet konsumen Tanah Air.

"Bisnis busana muslim sekarang ini semakin menjanjikan, apalagi sekarang lebih banyak yang bisa digarap seperti busana muslim pesta (cocktail) dan juga busana pengantin muslim," ujar pria yang kerap disapa Nuna ini. Malaysia bergerak masuk melalui ajang Islamic Fashion Festival (IFF), yang sekaligus bertujuan membangun platform pusat busana muslim Asia di tiga kota, Jakarta, Kuala Lumpur, dan Dubai. Desainer-desainer Negeri Jiran yang beberapa waktu lalu sempat mempertunjukkan koleksinya di panggung Jakarta pun, tidak memungkiri potensi besar pasar Indonesia. Khoon Hooi, salah satu desainer muda asal Malaysia mengatakan bahwa Indonesia merupakan pasar yang sangat menggiurkan.

"Indonesia adalah negara yang memiliki target market potensial, terutama untuk busana muslim," ujarnya.

Karenanya, wajar bila Hooi tidak ragu menjejakkan kakinya di Indonesia untuk melebarkan sayap lini yang baru digarapnya setahun terakhir ini. Pendapat Hooi juga diamini oleh Melinda Looi. Desainer yang terkenal dengan moslem evening wear-nya ini juga tidak menampik bila kunjungan regulernya di setiap pergelaran IFF juga bertujuan lebih mendekatkan diri pada konsumen Indonesia.

"Saya mencoba menawarkan sesuatu yang berbeda untuk pasar Indonesia, busana muslim yang glamor tanpa kehilangan esensi anggun dan elegan," tuturnya.

Desainer Malaysia lainnya yang juga berusaha menarik minat konsumen Tanah Air adalah Dato Tom Abang Saufi, Atim Agoy, Hajaba, dan Khadani.

Ya, bagi peritel asing, Indonesia memang pasar yang tidak boleh dilewatkan. Namun, bagaimana dengan perkembangan pelaku mode dalam negeri? Nuna mengatakan, dilihat dari segi desain dan materialnya, Indonesia memang patut berbangga, terutama di ranah busana muslim karena Indonesia terbilang lebih maju dibanding negara serumpun. Kendati demikian, dari segi bisnis, industri busana muslim Indonesia belum sepenuhnya terbangun.

"Kalau dari sisi perkembangan mode, ya, fashion muslim di Indonesia sudah jauh lebih maju dibanding tahun 80 dan 90-an dulu, tapi jika berbicara mengenai perkembangan industrinya, kita belum sampai ke sana," terangnya.

Menurut Nuna, hal itu terjadi karena beberapa desainer busana muslim sendiri masih stagnan dengan rancangannya. "Mereka terjebak oleh pasar dan konsumennya sendiri. Di satu sisi, sebagai desainer, kita memang harus bisa mengikuti pasar, tapi di sisi lain hal itu bukan berarti kita harus terus-menerus memproduksi koleksi yang sama," papar Nuna. "Tapi sekali lagi, hal itu kembali pada masing-masing desainer," sambungnya.

Kendati demikian, Nuna yakin, suatu saat industri busana muslim Indonesia bisa sejajar dengan busana kontemporer.

"Namun, itu tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri, desainer tidak bisa kerja sendiri, tentu butuh dukungan berbagai pihak, termasuk peran pemerintah yang menyadari bahwa ini merupakan lahan yang bisa digarap, karena industri busana muslim bisa sangat besar dan mendunia," tandasnya.
Sumber: Koran SI/Koran SI/tty

Friday, July 3, 2009

Grosir-grosir Online van Tenabang


Kamis, 02 November 2006, Sumber: Majalah SWA
Oleh : Sudarmadi/Afiff Maulana Dewanda.


Siapa bilang berbisnis secara online belum layak dilakukan di Tanah Air? Beberapa wirausaha muda dari Tanah Abang membuktikan: meski secara umum masyarakat Indonesia belum siap melakukan transaksi online, mereka sukses menjalankan bisnis via Internet ini. Tepatnya, mereka berdagang barang grosiran lewat Internet. Kiprah mereka, misalnya, bisa kita temukan di situs-situs e-commerce milik wirausaha muda asal Tanah Abang itu, antara lain www.grosirtanahabang.com, www.manetvision.com dan www.tanah-abang.com.


Lihatlah kiprah Badroni Yuzirman, pemilik situs www.manetvision.com dan pengelola situs komunitas TDA (www.tangandiatas.com). Badroni yang menjual baju Muslimah dan perlengkapan interior -- seperti taplak meja dan gorden -- dulu sempat punya kios di Blok A Tanah Abang. Namun, sejak kebakaran besar tahun 2004, ia tak lagi memilikinya. Maklum, pascakebakaran itu ia sempat dipindahkan ke Blok F yang sepi. Omsetnya menurun dan ia berkesimpulan, bisnisnya tak bisa berkembang jika hanya mengandalkan kios. Akhirnya Maret 2004, Roni -- panggilan akrabnya -- memutuskan hengkang dari Pasar Tanah Abang dan serius di bisnis grosir online yang sebenarnya sempat ia buka setahun sebelumnya.

Awalnya, Badroni sempat ragu, bisa sukseskah bisnis e-commerce-nya ini mengingat yang dijualnya adalah baju Muslimah. Maklum, kebanyakan pengakses Internet di Indonesia adalah laki-laki. Ternyata, respons pasar cukup lumayan. Walau benar kebanyakan netter adalah lelaki, tetapi ada kecenderungan mereka memesankan baju buat istri atau kerabat. Ia mencatat, kota-kota di pedalaman yang punya akses Internet, seperti Bontang, Sangatta, Muara Enim dan Tembaga Pura (kawasan Freeport), merupakan asal pembeli barang dagangannya.

Maka, setelah awalnya situs online-nya hanya dianggap sebagai penunjang kios, lama-kelamaan omset toko online ini malah menyaingi omset kios. Tak mengherankan, ia pun makin menekuni dunia online-nya itu. "Dari satu kali transaksi saja sudah ketutup biaya hosting dan domain yang Rp 500 ribuan itu," ujar Badroni. Menurutnya, ini berbeda jauh dari kiosnya yang harus sewa dua tahun ke depan dengan harga Rp 200 juta/tahun/kios - dan angka sebesar ini belum termasuk modal kerja, iuran dan stok barang.

Kini, situs e-commerce-nya, ManetVision.com, tetap fokus menjual busana Muslimah dan interior rumah. Busana Muslimah yang dijual antara lain gamis, setelan, blus, blus rajut dan jilbab, sementara bahan interior rumah yang dijual adalah sarung bantal kursi dan taplak meja. Saat awal diluncurkan Manetvision hanya berkapasitas konten 25 MB, sekarang diperbesar menjadi 100 MB. Cara order di ManetVision cukup mudah, yakni bisa lewat telepon, faksimile, SMS atau e-mail. Syarat minimum order pertama Rp 500 ribu -- sesudah diskon -- atau Rp 250 ribu untuk paket promo, dan ongkos kirim 100% ditanggung pembeli. "Saya cukup terbantu, hanya dengan melihat katalog di situs tersebut, saya bisa pesan sesuai dengan keinginan," ujar Susi Neliyanti, Agen ManetVision di Palembang yang biasa mengorder barang secara online.

Tiap bulan, situs ManetVision.com dikunjungi 500-1.000 pengakses, dan rata-rata 20%-nya mengorder. Konsumen ManetVision kebanyakan justru bukan dari Pulau Jawa, melainkan dari Papua, Sumatera (Lampung), Kalimantan (Banjarmasin), dan lainnya. Perbandingan pembeli dari Jawa dan luar Jawa adalah 20:80. Pembeli dari luar negeri juga ada meski tak banyak, khususnya dari Singapura, Malaysia dan Brunei. Yang menarik, meski kini bisnisnya murni online, penjualannya bisa mengimbangi waktu masih punya kios. Sebulan terjual 5-10 ribu potong busana Muslimah dengan rentang harga Rp 40-500 ribu - barang yang terjual kebanyakan berharga Rp 100-200 ribu. Dan, yang pasti, kini biaya operasional Badroni jauh lebih murah karena ia tak harus sewa kios yang besarnya ratusan juta.

Tak hanya Badroni yang sukses di bisnis grosir online. Contoh lainnya, Hasan Basri (36 tahun), pemilik situs GrosirTanahAbang.com. Hasan sehari-hari sebenarnya bekerja sebagai Manajer Proyek Siemens, tetapi ia tertarik berwirausaha. Maka, ia berpikiran memiliki bisnis sendiri yang tak mengganggu pekerjaan tetapnya. Februari 2006, Hasan dan rekan-rekannya mendirikan GrosirTanahAbang.com. Sebelumnya, ia telah memiliki kios di Metro Tanah Abang (Lantai 4 Blok A/128). Kini tokonya dikelola salah seorang rekan bisnisnya, sedangkan ia dan seorang kawannya yang lain mengelola bisnis online-nya.

Tokonya, baik yang offline maupun online, membidik segmen pedagang grosir daerah. Barang yang dijual adalah jaket (75%), kaus dan kemeja. Semua untuk pria. Harganya bervariasi, dari Rp 24 hingga 85 ribu per potong. Untuk situs e-commerce-nya, ia memilih nama GrosirTanahAbang.com karena ingin mendompleng ketenaran Tanah Abang sebagai pusat grosir murah. Ternyata, bisnis Hasan dkk. berjalan baik dan kini ibarat tinggal memetik buah. Waktu awal berdiri situsnya hanya dikunjungi 20-40 orang per hari, kini minimal 50 orang per hari. "Dari jumlah itu, 15%-nya order. Mereka yang order adalah kalangan agen, jadi belinya partai besar," kata Hasan. Per bulan, omset Hasan dkk. bisa mencapai 60 lusin. Berapa rupiah yang diperolehnya? Pokoknya, menurut Hasan, tiap bulan jatah bagi hasil bersih untuk masing-masing pengelola bisa di atas belasan juta rupiah.

Hasil itu tentu amat menarik karena modal awal untuk membuka toko online diakui Hasan hanya kecil. Untuk menyewa nama domain situs, cukup Rp 150 ribu/tahun. Adapun hosting-nya Rp 50 ribu/bulan untuk kapasitas 100 MB. Jauh selisihnya dari modal yang ditanam di toko offline-nya. Meski tidak membayar pegawai toko, rata-rata biaya operasional kios (listrik dan abonemen) per bulan Rp 550 ribu. Hanya saja, Hasan mengakui toko offline-nya tidak ia tutup untuk mengantisipasi pengunjung toko online yang tidak percaya pada kualitas barang.

Nama lain yang juga sukses berdagang grosir via ranah Internet adalah Viriya Jo, pemilik situs Tanah-Abang.com. Situs ini menjual pakaian wanita dari jenis kaus, jaket, manset, rajut, jins, busana Muslim dan baju tidur.

Bila diamati, mereka yang sukses memang menjaga kualitas produk dan delivery-nya, sehingga order via online benar-benar dipenuhi dengan spesifikasi yang diminta. Termasuk, memberikan garansi bila barang kiriman cacat. Selain itu, mereka cukup rajin mempromosikan produk dan situsnya.

Baik Badroni maupun Hasan sering mempromosikan situsnya di milis-milis dan di iklan online gratis, seperti situs Google dan beberapa situs lokal. Pokoknya, setiap ada kesempatan di media online gratis yang menarik untuk beriklan, mereka akan memanfaatkannya. Hasan bahkan juga mempromosikan situsnya di situs berbayar. Dalam berpromosi, ia berprinsip: harus legal, gencar dan konsisten. Maksudnya, legal karena bukan berupa spam, gencar berpromosi di banyak tempat, dan dilakukan konsisten setiap hari. "Rata-rata toko online itu baru dikenal orang setelah kami dua bulan berpromosi. Itu pun belum tentu terjadi pemesanan," kata Hasan yang kini juga mengembangkan situs Asmat.biz (menjual barang kerajinan suku Asmat) dan Seminar-support.com (jasa pendidikan dan seminar). Ke depan, Hasan berniat menambah lini bisnis online-nya dan akan mengambil grosir komoditas tertentu, seperti sepatu dan aksesori. "Saya sedang berencana membeli domainnya," ujarnya lagi.

Nah, siapa lagi mau menyusul berdagang secara online seperti mereka?

URL : http://www.swa.co.id/swamajalah/tren/details.php?cid=1&id=5109


Wednesday, July 1, 2009

Manet Busana Muslim Plus, Usaha Pantang Menyerah Badroni Yuzirman

Oleh: Restituta Ajeng Arjanti

Manet Busana Muslim Plus sudah berdiri sejak tahun 2001. Kendati demikian, bukan berarti bisnis milik Badroni Yuzirman ini berjalan mulus sejak awal pendiriannya.

“Manet berdiri tahun 2001, di Tanah Abang. Modal pendiriannya sekitar Rp90 juta,” kata Roni, sapaan akrab Badroni. Saat itu, produk yang dijualnya adalah perangkat-perangkat interior rumah seperti taplak meja makan dan sarung bantal. Pada 2002, dia mulai menyediakan busana muslim di tokonya itu. Badai besar melanda bisnis yang dikelola Roni pada tahun 2004. Semua tokonya di Tanah Abang, jumlahnya ada tiga, terpaksa ditutup karena bangkrut.

Online dan Direct Marketing

Tak putus asa, pada bulan Maret 2004, Roni memulai lagi usahanya dari nol. Kali ini, garasi rumahnya yang dijadikannya tempat usaha. Belajar dari pengalaman di masa lalu, Roni mengubah konsep bisnisnya.

Alih-alih membuka toko offline, dia memutuskan untuk mengandalkan internet dan menerapkan konsep direct marketing untuk menjalankan Manet. Alasannya, bisnis direct marketing dan jalur online jauh lebih praktis serta cepat dan efisien, cocok untuk diterapkan di kota seperti Jakarta yang rawan kemacetan.

Dengan konsep bisnis yang baru, Manet Busana Muslim Plus menjalin kerja sama dengan para distributor sebagai mitra pemasarannya. Asal Anda tahu, kata “Plus” diambil Roni untuk melengkapi nama usahanya sebagai diferensiasi. “Plus ini juga dimaksudkan bahwa range produk Manet cukup luas,” jelasnya. Saat ini, Manet menyediakan beragam jenis busana muslim untuk pria dan wanita, yang juga terbuat dari beragam bahan.

“Produk Manet mencakup busana wanita seperti blus, setelan, dan gamis dari bahan katun, kaos, atau rajutan. Selain itu, busana pria, perlengkaan sholat seperti mukena, serta aksesoris dan jilbab juga ada,” tambahnya. Diferensiasi produk ini, disampaikan Roni, sejalan dengan misinya sejak awal mendirikan usaha, yakni menjadikan Manet sebagai pilihan utama keluarga muslim Indonesia.

Memilih Jadi Pengusaha

Roni mengakui, banyak tokoh bisnis dari luar negeri yang menginspirasinya menjadi seorang pengusaha. “Inspirasi saya dari mana-mana, terutama pelaku bisnis dari luar negeri seperti Mark G. Nolan, Brad Sugars, Jay Abraham, Jay Conrad Levinson, dan Michael Gerber,” tutur Roni.

Jebolan Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti angkatan '92 ini belum pernah mencicipi pengalaman bekerja dengan orang lain. Sejak kecil, jiwa enterpreneur sudah dimilikinya. Pengalaman wirausaha sudah dimulainya sejak kelas 5 SD, saat ia menyewakan buku-buku koleksi dari perpustakaan pribadinya. Di kelas 6 SD, Roni menerbitkan koran kecil yang ditulisnya sendiri, lalu difotokopi dan dijual pada teman-teman sekolahnya.

Bersama beberapa rekannya, Roni juga pernah mendirikan beberapa bisnis, seperti pabrik roti, toko alat tulis kantor (ATK), usaha ekspor kayu jati, dan sekolah komputer. Selain itu, dia pun pernah bergabung dengan beberapa perusahaan MLM. Yang terakhir ini diakui Roni banyak memberinya pelajaran.

7 Resep Sukses

Hingga saat ini, kata Roni, belum ada kendala berarti yang dihadapinya. “Kecuali manajemen internal yang perlu terus ditingkatkan,” katanya. Dia sendiri banyak mempromosikan Manet melalui iklan di media massa dan internet.

Promosi di internet banyak dilakukan Roni lewat blognya, www.roniyuzirman.com. Blog yang dibangunnya sejak November 2005 itu juga jadi alatnya berbagi pengalaman mengelola Manet. Selain itu, Roni juga aktif di dunia maya dan membangun komunitas online www.tangandiatas.com sebagai ajang berbagi pengalaman berbisnis para anggotanya.

Dukungan dari tokoh motivator seperti Tung Desem Waringin juga dianggapnya sebagai promosi yang bagus untuk Manet. “Manet jadi contoh kasus di bukunya, Marketing Revolution, di halaman 210-216,” kata Roni. Atas kegigihannya, ayah dari Vito Ramadhan dan suami dari Ely Febrita ini pernah mendapat penghargaan SWA Enterprise 50, pada tahun 2006.

Apa resep sukses yang jadi pegangan Roni? “Saya ada tujuh resep sukses yang telah teruji. Saya singkat jadi 'RBDSAP', kepanjangan dari reason, belief, dreams, strategy, action, persistence, and pray,” paparnya.

Roni menyampaikan, untuk sukses, setiap orang harus punya alasan yang kuat, keyakinan yang mantap, impian yang tinggi, strategi yang bagus, tindakan yang masif, keuletan dan kegigihan, serta doa, keikhlasan dan kepasrahan pada Allah SWT.

Sumber: QBHeadlines.com