Kamis, 02 November 2006, Sumber: Majalah SWA
Oleh : Sudarmadi/Afiff Maulana Dewanda.
Siapa bilang berbisnis secara online belum layak dilakukan di Tanah Air? Beberapa wirausaha muda dari Tanah Abang membuktikan: meski secara umum masyarakat Indonesia belum siap melakukan transaksi online, mereka sukses menjalankan bisnis via Internet ini. Tepatnya, mereka berdagang barang grosiran lewat Internet. Kiprah mereka, misalnya, bisa kita temukan di situs-situs e-commerce milik wirausaha muda asal Tanah Abang itu, antara lain www.grosirtanahabang.com, www.manetvision.com dan www.tanah-abang.com.
Lihatlah kiprah Badroni Yuzirman, pemilik situs www.manetvision.com dan pengelola situs komunitas TDA (www.tangandiatas.com). Badroni yang menjual baju Muslimah dan perlengkapan interior -- seperti taplak meja dan gorden -- dulu sempat punya kios di Blok A Tanah Abang. Namun, sejak kebakaran besar tahun 2004, ia tak lagi memilikinya. Maklum, pascakebakaran itu ia sempat dipindahkan ke Blok F yang sepi. Omsetnya menurun dan ia berkesimpulan, bisnisnya tak bisa berkembang jika hanya mengandalkan kios. Akhirnya Maret 2004, Roni -- panggilan akrabnya -- memutuskan hengkang dari Pasar Tanah Abang dan serius di bisnis grosir online yang sebenarnya sempat ia buka setahun sebelumnya.
Awalnya, Badroni sempat ragu, bisa sukseskah bisnis e-commerce-nya ini mengingat yang dijualnya adalah baju Muslimah. Maklum, kebanyakan pengakses Internet di Indonesia adalah laki-laki. Ternyata, respons pasar cukup lumayan. Walau benar kebanyakan netter adalah lelaki, tetapi ada kecenderungan mereka memesankan baju buat istri atau kerabat. Ia mencatat, kota-kota di pedalaman yang punya akses Internet, seperti Bontang, Sangatta, Muara Enim dan Tembaga Pura (kawasan Freeport), merupakan asal pembeli barang dagangannya.
Maka, setelah awalnya situs online-nya hanya dianggap sebagai penunjang kios, lama-kelamaan omset toko online ini malah menyaingi omset kios. Tak mengherankan, ia pun makin menekuni dunia online-nya itu. "Dari satu kali transaksi saja sudah ketutup biaya hosting dan domain yang Rp 500 ribuan itu," ujar Badroni. Menurutnya, ini berbeda jauh dari kiosnya yang harus sewa dua tahun ke depan dengan harga Rp 200 juta/tahun/kios - dan angka sebesar ini belum termasuk modal kerja, iuran dan stok barang.
Kini, situs e-commerce-nya, ManetVision.com, tetap fokus menjual busana Muslimah dan interior rumah. Busana Muslimah yang dijual antara lain gamis, setelan, blus, blus rajut dan jilbab, sementara bahan interior rumah yang dijual adalah sarung bantal kursi dan taplak meja. Saat awal diluncurkan Manetvision hanya berkapasitas konten 25 MB, sekarang diperbesar menjadi 100 MB. Cara order di ManetVision cukup mudah, yakni bisa lewat telepon, faksimile, SMS atau e-mail. Syarat minimum order pertama Rp 500 ribu -- sesudah diskon -- atau Rp 250 ribu untuk paket promo, dan ongkos kirim 100% ditanggung pembeli. "Saya cukup terbantu, hanya dengan melihat katalog di situs tersebut, saya bisa pesan sesuai dengan keinginan," ujar Susi Neliyanti, Agen ManetVision di Palembang yang biasa mengorder barang secara online.
Tiap bulan, situs ManetVision.com dikunjungi 500-1.000 pengakses, dan rata-rata 20%-nya mengorder. Konsumen ManetVision kebanyakan justru bukan dari Pulau Jawa, melainkan dari Papua, Sumatera (Lampung), Kalimantan (Banjarmasin), dan lainnya. Perbandingan pembeli dari Jawa dan luar Jawa adalah 20:80. Pembeli dari luar negeri juga ada meski tak banyak, khususnya dari Singapura, Malaysia dan Brunei. Yang menarik, meski kini bisnisnya murni online, penjualannya bisa mengimbangi waktu masih punya kios. Sebulan terjual 5-10 ribu potong busana Muslimah dengan rentang harga Rp 40-500 ribu - barang yang terjual kebanyakan berharga Rp 100-200 ribu. Dan, yang pasti, kini biaya operasional Badroni jauh lebih murah karena ia tak harus sewa kios yang besarnya ratusan juta.
Tak hanya Badroni yang sukses di bisnis grosir online. Contoh lainnya, Hasan Basri (36 tahun), pemilik situs GrosirTanahAbang.com. Hasan sehari-hari sebenarnya bekerja sebagai Manajer Proyek Siemens, tetapi ia tertarik berwirausaha. Maka, ia berpikiran memiliki bisnis sendiri yang tak mengganggu pekerjaan tetapnya. Februari 2006, Hasan dan rekan-rekannya mendirikan GrosirTanahAbang.com. Sebelumnya, ia telah memiliki kios di Metro Tanah Abang (Lantai 4 Blok A/128). Kini tokonya dikelola salah seorang rekan bisnisnya, sedangkan ia dan seorang kawannya yang lain mengelola bisnis online-nya.
Tokonya, baik yang offline maupun online, membidik segmen pedagang grosir daerah. Barang yang dijual adalah jaket (75%), kaus dan kemeja. Semua untuk pria. Harganya bervariasi, dari Rp 24 hingga 85 ribu per potong. Untuk situs e-commerce-nya, ia memilih nama GrosirTanahAbang.com karena ingin mendompleng ketenaran Tanah Abang sebagai pusat grosir murah. Ternyata, bisnis Hasan dkk. berjalan baik dan kini ibarat tinggal memetik buah. Waktu awal berdiri situsnya hanya dikunjungi 20-40 orang per hari, kini minimal 50 orang per hari. "Dari jumlah itu, 15%-nya order. Mereka yang order adalah kalangan agen, jadi belinya partai besar," kata Hasan. Per bulan, omset Hasan dkk. bisa mencapai 60 lusin. Berapa rupiah yang diperolehnya? Pokoknya, menurut Hasan, tiap bulan jatah bagi hasil bersih untuk masing-masing pengelola bisa di atas belasan juta rupiah.
Hasil itu tentu amat menarik karena modal awal untuk membuka toko online diakui Hasan hanya kecil. Untuk menyewa nama domain situs, cukup Rp 150 ribu/tahun. Adapun hosting-nya Rp 50 ribu/bulan untuk kapasitas 100 MB. Jauh selisihnya dari modal yang ditanam di toko offline-nya. Meski tidak membayar pegawai toko, rata-rata biaya operasional kios (listrik dan abonemen) per bulan Rp 550 ribu. Hanya saja, Hasan mengakui toko offline-nya tidak ia tutup untuk mengantisipasi pengunjung toko online yang tidak percaya pada kualitas barang.
Nama lain yang juga sukses berdagang grosir via ranah Internet adalah Viriya Jo, pemilik situs Tanah-Abang.com. Situs ini menjual pakaian wanita dari jenis kaus, jaket, manset, rajut, jins, busana Muslim dan baju tidur.
Bila diamati, mereka yang sukses memang menjaga kualitas produk dan delivery-nya, sehingga order via online benar-benar dipenuhi dengan spesifikasi yang diminta. Termasuk, memberikan garansi bila barang kiriman cacat. Selain itu, mereka cukup rajin mempromosikan produk dan situsnya.
Baik Badroni maupun Hasan sering mempromosikan situsnya di milis-milis dan di iklan online gratis, seperti situs Google dan beberapa situs lokal. Pokoknya, setiap ada kesempatan di media online gratis yang menarik untuk beriklan, mereka akan memanfaatkannya. Hasan bahkan juga mempromosikan situsnya di situs berbayar. Dalam berpromosi, ia berprinsip: harus legal, gencar dan konsisten. Maksudnya, legal karena bukan berupa spam, gencar berpromosi di banyak tempat, dan dilakukan konsisten setiap hari. "Rata-rata toko online itu baru dikenal orang setelah kami dua bulan berpromosi. Itu pun belum tentu terjadi pemesanan," kata Hasan yang kini juga mengembangkan situs Asmat.biz (menjual barang kerajinan suku Asmat) dan Seminar-support.com (jasa pendidikan dan seminar). Ke depan, Hasan berniat menambah lini bisnis online-nya dan akan mengambil grosir komoditas tertentu, seperti sepatu dan aksesori. "Saya sedang berencana membeli domainnya," ujarnya lagi.
Nah, siapa lagi mau menyusul berdagang secara online seperti mereka?
URL : http://www.swa.co.id/swamajalah/tren/details.php?cid=1&id=5109
No comments:
Post a Comment